Senin, 31 Oktober 2016

UCAPAN PERPISAHAN VERSI BUGIS

Sengeka Golla na usengeki kaluku, Na to' sirampe ri mannenungeng.
Narekko massarakki bajae sangadie, napoleiki uddani congaki ribitarae tosiduppa mata ri ketengnge
Rekko pale meloki missengngi karebaku, takkutanangngi pasekku ri anging labu kessoe.
Engkatu bunga-bunga sitakke utanengakki, narekko makellei, daunna tabolorangmanika kasi na'saba wae mata.
Sarekoammengngi engka mancaji passengereng pallawa uddani.

Iwand celebes

Senin, 24 Oktober 2016

100 MANUSIA PALING BERPENGARUH DI DUNIA



Pada tahun 1978, MICHAEL H. HART yang merupakan seorang keturunan Yahudi menuliskan buku berjudul “The 100 “. Buku tersebut memuat 100 tokoh yang memiliki pengaruh terkuat dalam sejarah manusia . Buku yang banyak diperdebatkan tersebut konsepnya secara luas banyak ditiru. Penting untuk dicatat bahwa Hart tidak memasukkan orang terbesar. Kriterianya ialah orang yang berpengaruh.

Buku ini dicetak kembali pada 1992 dengan beberapa revisi nyata terhadap daftar urutan 100 dan pangkat luar biasa mereka.

DAFTAR NAMA 100 ORANG PALING BERPENGARUH DI DUNIA ADALAH :

1. Nabi Muhammad SAW 51. Umar bin Khatab
2. Isaac Newton 52. Asoka
3. Nabi Isa 53. Sam Augustine
4. Buddha 54. Max Planck
5. Confucius 55. John Calvin
6. Saint Paul 56. William Morton
7. Thai Lun 57. William Harvey
8. Johan Gutemberg 58. Antoine Becquerel
9. Christopher Columbus 59. Greger Mendel
10. Albert Einstein 60. Joseph Lister
11. Karl Marx 61. Nicholas August Otto
12. Louis Pasteur 62. Louis Daguerre
13. Galileo Galilei 63. Joseph Stalin
14. Aristoteles 64. Rene Descartes
15. V.I. Lenin 65. Julius Caesar
16. Nabi Musa 66. Francisco Pizarro
17. Charles Darwin 67. Hernando Cortes
18. Chin Huang Ti 68. Ratu Isabella I
19. Agustus Caesar 69. William the Congqueror
20. Mao Tse-tung 70. Thomas Jefferson
21. Genghis Khan 71. Jean Jacques Rousseau
22. Euclid 72. Edward Jenner
23. Martin Luther 73. Wilhelm Rontgen
24. Nicolas Copernicus 74. Johan Sebastian Bach
25. James Watt 75. Lau-tzu
26. Constantine the Great 76. Enrico Ferni
27. George Washington 77. Thomas Maltus
28. Michael Faraday 78. Francis Bacon
29. James Clerk Maxwell 79. Voltaire
30. Orville dan Wilbur Wright 80. John F. Kennedy
31. Antoine Laurent Lavoisier 81. Gregory Pincus
32. Sigmund Freud 82. Sui Wen Ti
33. lskandar Zulkarnaen 83. Mani (Manes)
34. Napoleon Bonaparte 84. Vasco da Gama
35. Adolf Hitler 85. Charlemagne
36. William Shakespeare 86. Cyrys the Great
37. Adam Smith 87. Leonard Euler
38. Thomas Edison 88. Nicollo Machiavelli
39. Anton van Leuwenhoek 89. Zoroaster
40. Plato 90. Menes
41. Gugleilmo Marconi 91. Peter the Great
42. Ludwig van Beethoven 92. Mencius
43, Werner Heisenberg 93. John Dalton
44. Alexander G Bell 94. Homer
45. Alexander Fleming 95. Ratu Elizabeth I
46. Simon Bolivar 96. Justinian I
47. Oliver Cromwell 97. Johannes Kepler
48. John Locke 98. Pablo Picasso
49. Michelangelo 99. Mahavira
50. Pans Urban II 100. Niels Bohr

Nabi Muhammad SAW menempati kedudukan nomor satu daftar manusia yang paling berpengaruh dalam panggung sejarah dunia, dihitung sampai sekarang.
Hal ini dinyatakan oleh Michael H. Hart, seorang ahli astronomi dan ahli sejarah terkenal di Amerika Serikat dalam bukunya "The 100" yang terbit di Amerika Serikat.
Menurut Michael Hart, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling berpengaruh di antara milyaran penduduk dunia, karena ia adalah satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa baik dalam kegiatan keagamaan maupun pemerintahan.





































































































































































































PRIODISASI, TOKOH DAN PEMIKIRAN FILSAFATNYA

A.      Zaman Yunani Kuno
Pemikiran filsafat Barat ini muncul yang ditandai oleh runtuhnya dongeng-dongeng dan mite-mite yang dulunya menjadi pembenaran pada suatu gejala alam. Manusia pada waktu itu melalui mite-mite mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta dan tentang kejadian yang berlangsung didalamnya. Ada 2 mite yang berkembang, yaitu kosmologis yang mencari asal-usul alam semesta, dan mite kosmologis yang mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta serta sifat-sifatnya.
Adapun tokoh-tokoh yang berpengaruh pada zaman Yunani Kuno diantaranya adalah:
1.   Thales (640-550 SM) menyimpulkan bahwa air merupakan asal mula segala sesuatu, karena air meresapi seluruh benda di jagad raya ini.
2.   Anaximander (611-545 SM) menyimpulkan bahwa asal mula dari segala sesuatu adalah apeiron, yaitu sesuatu yang tak terbatas.
3.  Anaximenes (588-524) menyimpulkan bahwa asal mula sesuatu adalah udar, karena udara adalah unsur vital kehidupan.
4.    Pythagoras (580-500SM) mengatakan bahwa asas mula sesuatu dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan.
5.    Herakleitos (540-475 SM) ungkapannya adalah panta rhei khai uden menei, semuanya mengalir dan tidak ada satupun yang tinggal mantap.
6.  Parmenides (540-475 SM) pandangannya bertolak belakang denagn Herakleitos. Ia menegaskan bahwa realitas itu tetap, tidak berubah. Gagasan pentingnya yaitu tentang “ada”. Yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada.
7.    Herakleitos dan Parmenides menjadi cikal bakal debat metafisika. Herakleitos mewakili pluralism dan empirisme. Sedangkan Parmenides adalah wakil dari monoisme dan rasionalisme.
8.   Demokritos (460-370 SM), realitas itu terdiri dari banyak unsur yang disebutnya dengan atom. Pandangan Demokritos merupakan cikal bakal dari ilmu fisika, kimia, biologi.
9.  Socrates (470-399 SM), metode filsafatnya langsung dalam kehidupan sehari-hari. Metode filsafatnya yaitu dialektika (bercakap-cakap). Socrates tidak menyampaikan pengetahuan, tetapi dengan mempertanyakannya, ia biasa membidani ilmu pengetahuan yang terdapat dalam jiwa orang lain.
10.  Plato (428-348 SM), dia adalah murid Socrates. Plato dikenal dengan filsafat dualism. Ia mengakui adanya dua kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri. Dunia ide adalah dunia yang tetap dan abadi, didalamnya tidak ada perubahan, sedangkan dunia bayangan (inderawi) adalah dunia yang berubah, yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan kepada indera.
11. Aristoteles (384-322 SM), ia merupakan murid Plato. Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada ide bawaan.
B.       Zaman Abad Pertengahan
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat eropa. Pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Pada abad ke 6 Masehi didirikan sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan musik. Secara garis besar, filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu Zaman Patristik dan Zaman Skolastik.
1.      Zaman Patristik
Patristik berasal dari kata patres (bentuk jamak dari pater) yang berarti bapak-bapak. Yang dimaksudkan adalah para pujangga Gereja dan tokoh-tokoh Gereja yang sangat berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka khususnya mencurahkan perhatian pada pengembangan theologi, tetapi dalam kegiatan tersebut mereka tak dapat menghindarkan diri dari wilayah kefilsafatan. Masa Patristik dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat).
Bapak Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus, Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza (330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus, Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada abad pertengahan.
Agustinus menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda dengan masa patristik.
2.       Zaman Skolastik
Zaman Skolastik dimulai sejak abad ke-9. Kalau tokoh masa Patristik adalah pribadi-pribadi yang lewat tulisannya memberikan bentuk pada pemikiran filsafat dan teologi pada zamannya, para tokoh zaman Skolastik adalah para pelajar dari lingkungan sekolah-kerajaan dan sekolah-katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung (742-814) dan kelak juga dari lingkungan universitas dan ordo-ordo biarawan.
Filsafat mereka disebut “Skolastik” (dari kata Latin “scholasticus”, “guru”), karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah, biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional.
Tokoh-tokoh terpenting masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johannes Scotus Eriugena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Bonaventura (1221-1274), Singer dari Brabant (sekitar 1240-1281/4), Albertus Agung (sekitar 1205-1280), Thomas Aquinas (1225-1274), Johannes Duns Scotus (1266-1308), Gulielmus dari Ockham (1285-1349), dan Nicolaus Cusanus (1401-1464).
Anselmus mengemukakan semboyan credo ut intelligam, yang artinya aku percaya agar aku mengerti. Kepercayaan digunakan untuk mencari pengertian, filsafat sebagai alat pikiran, teologi sebagai kepercayaan. Sumbangan terpenting Anselmus yaitu suatu ajaran ketuhanan yang bersifat filsafat. Dalam menjelaskan kedatangan dan kematian Kristus Anselmus menjelaskan bahwa kemuliaan Tuhan telah digelapkan oleh kejatuhan malaikat dan manusia. Hal ini merupakan penghinaan bagi Tuhan yang patut dikenai hukuman. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan menjelma menjadi anakNya agar hukuman dapat ditanggung. Dengan demikian keadilan, rahmat dan kasih Tuhan telah genap dan dipenuhi.
Peter Abelardus dianggap membuka kembali kebebasan berpikir dengan semboyannya: intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Pemikiran Abelardus yang bercorak nominalismei ditentang oleh gereja karena mengritik kuasa rohani gereja. Dalam ajaran mengenai etika, Abelardus beranggapan bahwa ukuran etika ialah hukum kesusilaan alam. Kebajikan alam menjadikan manusia tidak perlu memiliki dosa asal. Tiap orang dapat berdosa jika menyimpang dari jalan kebajikan alam. Akal manusia sebagai pengukur dan penilai iman.
Bagi Thomas Aquinas, tidak ada perbedaan antara akal dan wahyu  Kebenaran iman hanya dapat dicapai melalui keyakinan dan wahyu (dunia diciptakan Tuhan dalam 6 hari). Ada kebenaran theologis alamiah yang dapat ditemukan pada akal dan wahyu (sebagai jalan menemukan kebenaran), tetapi hanya ada satu kebenaran, yaitu theologi iman. Pengetahuan tidak sama dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat dari indra dan diolah dari akal, tetapi akal tidak bisa mencapai realitas tertinggi. Dalil akal harus diperkuat oleh agama.
Aquinas yang pemikirannya dipengaruhi Aristoteles, melakukan pula pengkristenan teori Aristoteles dalam theologi Kristen. Salah satu penyempurnaan teori Aristoteles oleh Aquinas yaitu pandangan bahwa wanita adalah pria yang tidak sempurna. Pria dianggap aktif dan kreatif, wanita dipandang pasif dan reseptif. Bagi Aqunias pria dan wanita memiliki jiwa yang sama, hanya sebagai makhluk alamlah wanita lebih rendah, jiwanya sama.
Aku percaya sebab mustahil”, demikian semboyan Occam sebagai suatu gambaran terhadap hubungan tidak harmonis antara kepercayaan dan pengetahuan. Pandangan dengan corak nominalis ini banyak dikritik oleh gereja karena dianggap otoritas gereja. Bagi Occam, ”bukan saja akal manusia tidak akan dapat mengerti pernyataan Tuhan, tetapi juga akal akan menyerang segala ikrar keputusan gereja dengan hebat sebab akal manusia sekali-kali tidak bisa memasuki dunia ketuhanan. Manusia hanya dapat menggantungkan kepercayaan kepada kehendak Tuhan saja yang telah dinyatakan dalam alkitab”. Dengan demikian, antara keyakinan yang bersumber terhadap agama dan pengetahuan yang bersumber pada akal harus dipisahkan. Akibat pandangan ini Occam dihukum penjara oleh Paus, namun mendapat suaka dari Raja Louis IV.
Pada abad pertengahan ini perkembangan ilmu mencapai kemajuan yang pesat karena adanya penerjemahan karya filsafat Yunani klasik ke bahasa Latin, juga penerjemahan kembali karya para filsuf Yunani oleh bangsa Arab ke bahasa Latin. Karangan para filsuf Islam menjadi sumber terpenting penerjemahan buku, baik buku keilmuan maupun filsafat. Diantara karya filsuf islam yang diterjemahkan antara lain astronomi (Al Khawarizmi), kedokteran (Ibnu Sina), karya-karya Al Farabi, Al Kindi, Al Ghazali.
Fokus pada pengembangan ilmu melalui sekolah menjadi perhatian dari Raja Charlemagne (Charles I) dengan pendirian sekolah-sekolah dan perekrutan guru dari Italia, Inggris dan Irlandia. Sistem pendidikan di sekolah dibagi menjadi tiga tingkat. Pertama, yakni pengajaran dasar (diwajibkan bagi calon pejabat agama dan terbuka juga bagi umum). Kedua, diajarkan tujuh ilmu bebas (liberal art) yang dibagi menjadi dua bagian; a) gramatika, retorika, dan dialektika (trivium), b) aritmetika, geometri, astronomi dan musik (quadrivium). Tingkatan ketiga ialah pengajaran buku-buku suci.
Masa abad pertengahan adalah masa pembentukan kebudayaan Barat dengan ciri khas ajaran Masehi (filsafat skolastik) yang diwarnai oleh perkembangan peradaban Kristen. Peradaban Kristen menjadi dasar bagi kebudayaan masa modern. Peninggalan kebudayaan abad pertengahan dapat dilihat dari karya seni musik, bangunan bercorak gothik sebagai bentuk pemujaan terhadap gereja.
C.      Zaman Abad Modern
Lahirnya filsafat modern ini didahului oleh zaman Renaisans yang lalu dimatangkan oleh gerakan Aufklaerung di abad 18. Ada dua hal penting yang ada di dalamnya yaitu:
1.    Kekuasaan gereja semakin berkurang
2.    Kekuasaan ilmu pengetahuan semakin bertambah.
Pengaruh zaman Renaisans dan Aufklaerung menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang pesat, terbebas dari pengaruh-pengaruh dogma gereja.
a)        Rasionalisme
Semakin lama manusia menaruh kepercayaan besar terhadap kemampuan akal, sehingga tampaklah adanya keyakinan bahwa dengan keyakinan itu pasti dapat diterangkan berbagai macam persoalan, dan dapat dipecahkannya segala macam masalah kemanusiaan. Aliran filsafat rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya adalah akal.
·      Rene Descartes (1598-1650) melalui metodenya dengan meragukan segala pernyataan kecuali pada satu pernyataan saja, yaitu bahwa ia sedang melakukan keragu-raguan itu sendiri. Ia menegaskan bahwa ia dapat merguakn segala hal, namun satu hal yang tidak mungkin diragukan adalah kegiatan meragukan kegiatan itu sendiri. Maka ia sampai kebenaran yang tak terbantahkan, yakni: “Saya berpikir, jadi saya ada (cogito a.ergo sum).”
b)        Empirisme
Aliran ini bertolak belakang dengan aliran rasionalisme. Bagi penganut empirisme, sumber pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman, pengalaman yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia. Penganut empirisme berkeyakinan bahwa manusia tidak memiliki ide-ide bawaan. Aliran empirisme dipelopori oleh Francis Bacon abad 15. Melalui metode eksperimen dalam metode penelitian dan penyelidikan. Menurut Bacon, manusia melalui pengalamannya dapat mengetahui benda-benda dan hukum-hukum relasi antara benda-benda. Thomas Hobbes juga meyakini bahwa pengenalan atau pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman. Berbeda dari pendahulunya, John Locke lebih terdorong untuk mengemukakan tentang asal mula gagasan manusia, kemudian menentukan fakta-fakta, menguji kepastian pengetahuan dan memeriksa batas-batas pengetahuan manusia.
·      David Hume (1611-1776), Ia adalah pengembang aliran empirisme, ia menegaskan bahwa sumber satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan adalah pengalaman, ia menentang kaum rasionalis. Pemikiran Hume bersifat analitis, kritis, dan skeptis. Ia berpangkal dari suatu keyakinan bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti, jelas dan tidak dapat diragukan.
c)         Kritisme
Tokoh yang berada dalam aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kritisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme dan empirisme dalam suatu hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisah dari yang lain. Menurut Kant, pengetahuan meruapakan hasil terakhir diperoleh dengan adanya dua kerjasama diantara dua komponen pengalaman inderawi, dan dilain pihak cara mengolah  kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian rupa terdapat suatu hubungan antar sebab dan akibatnya. Kant mencoba untuk menyatukan antara kaum rasionalisme dan empirisme. Pengetahuan rasional adalh pengetahuan analitis apriori, disini predikat sudah termuat dalam subyek. Pengetahuan empiris adlah pengetahuan yang sintetis aposteriori, disini predikat dihubungkan dengan subyek yang berdasarkan  pengalaman inderawi.
d)       Idealisme
Para pengikut aliran idealisme pada umumnya filsafatnya bersumber dari Kant. Murid Kant yang bernama Fichte merupakan penganut idealisme subyektif yang merupakan murid Kant. Selain itu juga ada Scelling yang merupakan penganut filsafat dengan idealisme objektif. Kedua idealisme tersebut itu nkemudian disintesiskan oleh filsafat Hegel dalam filsafat idealisme mutlak.
Menurut Hegel, hukum-hukum pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalah zat yang mutlak itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Oleh karena alam itu satu, dan bersifat mempunyai maksud serta berpikir, maka alam itu berwatak pikiran. Jika kita memikirkan keseluruhan tata tertib yang menyangkut in-organik, organik, tahap-tahap keberadaan spiritual dalam suatu tata tertib yang mencakup segala-galanya. Pada saat itulah kita membicarakantentang yang mutlak. Jiwa yang mutlak atau Tuhan. Hegel tidak mengingkari adanya realitas luar atau realitas objektif. Hegel percaya bahwa sikapnya adalah satu-satunya yang bersifat adil kepada segi objektif pengalaman.
e)        Positivisme
Aguste Comte(1798-1857) adalah tokoh dan pendiri filsafat positivisme. Filsafat Comte anti metafisis, ia hanya menerima fakta-fakta yang ditentukan secara positif ilmiah. Comte mempunyai filsafat yang penting yaitu pencipta ilmu sosiologi.
f)          Marxisme
Karl Marx (1818-1883) merupakan pendiri filsafat ini. Filsafat Marx merupakan sintesis antara metode dialektika Hegel dan Filsafat materialisme Feurbach. Marx mengkritik Hegel yang menurutnya berjalan di atas kepalanya, oleh karena itu harus diputarbalikkan. Filsafat abstrak harus ditinggalkan, karena teori, interpretasi, spekulasi dan sebagainya tidak menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Para filosof menurut Marx hanya sekedar menafsirkan dunia dengan berbagai cara, namun yang terpenting adalah mengubahnya. Hal yang perlu diubah itu adalah masyarakat yang tertindas oleh kaum borjuis dan kapitalis yang menghisap kaum proletar.
D.      Zaman Abad Kontemporer
Filsafat Barat kontemporer (abad XX) sangat heterogen. Hal ini disebabkan antara lain karena profesionalisme yang semakin besar. Banyak filsuf adalah spesialis bidang khusus seperti matematika, fisika, psikologi, sosiologi, atau ekonomi. Hal penting yang patut dicatat adalah bahwa pada abad XX pemikiran-pemikiran lama dihidupkan kembali. Misalnya, Neotomisme, Neokantianisme, Neopositivisme, dan sebagainya. Di masa ini Prancis, Inggris, dan Jerman tetap merupakan negara-negara yang paling depan dalam filsafat. Umumnya, orang membagikan filsafat pada periode ini menjadi filsafat kontrental (Prancis dan Jerman); dan filsafat Anglosakson (Inggris). Aliran-aliran terpenting yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX adalah pragmatisme, vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis (filsafat bahasa), strukturalisme, dan postmodernisme.
·         Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat-akibatnya bermanfat secara praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis. Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
·         Vitalisme berpandangan bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital yang berbeda dengan daya-daya fisik, di mana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis. Tokoh terpenting vitalisme adalah filsuf Prancis, Henri Bergson (1859-1941).
·         Fenomenologi berarti gejala atau apa yang tampak. Jadi, fenomenologi adalah aliran yang membicarakan fenomena atau segalanya sejauh mereka tampak. Fenomenologi dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1938). Seorang fenomenolog lainnya adalah Max Scheler (1874-1928).
·         Eksistensialismei adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Cara berada manusia di dunia berbeda dengan cara berada makluk-makluk lain. Tokoh-tokoh terpenting eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883-1976), Jean-Paul Sartre (1905-1980), Karl Jaspers (1883-1969), dan Gabriel Marcel (1889-1973). Soren Kierkegaard (1813-1855), Friedrich Nietzsche (1844-1900) serta Nicolas Alexandroyitch Berdyaev (1874-1948). Jean-Paul Sartre adalah filsul kontemporer berpendapat bahwa manusia itu bebas atau sama sekali tidak bebas.
·         Filsafat analitis muncul di Inggris dan Amerika Serikat sejak sekitar tahun 1950. Filsafat analitis disebut juga filsafat bahasa. Filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hahekat bahasa, sebab, asal dan hukumnya. Filsafat ini merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya Neohegelianisme di Inggris. Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisa bahasa dan konsep-konsep. Memang ahli filsafat sependapat bahwa hubungan bahasa dengan filsafat sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan terutama dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat adalah analisis konsep-konsep dank arena konsep tersebut terungkapkan melalui bahasa. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand RĂ¼ssel, Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.
·         Strukturalisme muncul di Prancis tahun 1960, dan dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan sosiologi. Strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap. Tokoh-tokohnya Levi Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucoult.
·         Aliran postmodernisme muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya. Seperti diketahui, modernisme dimulai oleh Rene Descartes, dikokohkan oleh zaman pencerahan (Auflclaerung), dan kemudian mengabadikan diri melalui dominasi sains dan kapitalisme. Tokoh yang dianggap memperkenalkan istilah postmodern (isme) adalah Francois Lyotard, lewat bukunya The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1984). Modernisme mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata melahirkan berbagai dampak buruk, yakni Pertama, obyektifikasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam semena-mena yang mengakibatkan krisis ekologi.